Minggu, 01 November 2009

BUASNYA DUDA CALON MANTU

Selama 4 tahun jadi duda, menjadikan Rapingi, 35, tersiksa benar. Maka begitu ada peluang, dia jadi buas sekali. Anak tetangga dilarang dipacari, malah disetubuhinya sebanyak 6 kali. Dengan perasaaan geram, calon mantu tak disuka ini terpaksa dilaporkan orangtua gadis Sarkini, 20, ke Polres Lumajang (Jatim).

Tiap orangtua selalu mendambakan menantu yang ideal. Pilihan dan kriterianya bukan hanya lelaki beriman, tapi juga bermasa depan sukur-sukur mendongkrak citra mertua. Calon menantu yang kemudian malah merongrong harta dan kewibawaan mertua sungguh bakal dikutuknya tujuh turunan. Tapi jika sedang apes, justru dapat yang beginian. Tapi bagaimana lagi, punya anak perempuan memang seperti pasang bubu di kali, salah-salah yang masuk ular beludak!

Agaknya Rapingi, warga Kalibendo Lumajang, termasuk calon menantu yang begini. Statusnya yang duda, dan pekerjaan tetap tidak punya, menyebabkan orangtua Sarkini mengernyitkan dahi ketika Rapingi coba-coba mengajak berkoalisi asmara dengan anaknya. Maka begitu Sarkini nampak mulai akrab dengan siduda, orangtua segera mengingatkan. “Hati-hati kamu nduk, jangan sampai dikawin lelaki kambing bandot macam Ropingi….,” kata Pak Sastro, 50, bisik-bisik.

Tanda penolakan orangtua semakin nyata, sebab ketika Ropingi mencoba “apel” ke rumahnya, Pak Sastro dan istrinya bilang putrinya tak ada. Padahal barusan duda kasmaran ini melihat, Sarkini ngglibet di dapur. Tetapi mau ngeyel dengan calon mertoku Ropingi juga tidak enak, sehingga dengan sejuta rasa kecewa dia pamitan sambil bilang: suk meneh yen lunga sirahe Sarkini aja ditinggal ya (lain kali jika pergi kepala Sarkini janganlah ditinggal).

Ilmu melobi mertua terus dipelajari Ropingi, tapi tak juga membawa perubahan berarti. Pak Sastro tetap saja sangar. Pikir si duda ini kemudian: yang tinggal melarang sih enak, tapi yang dilarang jelas sangat tersiksa. Masak duda 4 tahun kok dilarang berdekatan dengan wanita, apakah ini bukan termasuk pelanggaran HAM berat? “Dikerek diedhunake, gak kenek tak dukunake (kalau tak dapat juga, main dukun siapa takut?” gumam Rapingi.

Kenyataannya, tanpa menggunakan jasa teman-teman Ki Jaka Bodo, Sarkini suah mulai lengket dengannya. Setiap orangtuanya pergi, gadis itu mengundang Rapingi untuk main main ke rumahnya, langsung dalam kamar pula. Duda satu priode ala AS (4 tahun - Red) disodori gadis sekel nan cemekel dalam kamar, sudah barang tentu ngentek-ngentekne (dibikin ludes). Sekali kunjungan, Sarkini segera saja disetubuhi dalam dua putaran alias dua kali. Sudah 3 kali ayah ibu membiarkan sigadis tinggal di rumah sendirian, itu berarti 6 kali pula Ropingi menggauli anak Pak Sastro.

Akan tetapi, ketika duda celamitan ini hendak nambah untuk ketujuh kalinya, kepergok ibunya Sarkini. Betapa marahnya calon mertua ini, mendapati Ropingi berbugil ria dalam kamar rumahnya. Meski kali ini si ular beludak belum sempat “mematuk” Sarkini langsung saja dilaporkan ke Polres Lumajang. Dengan menangis terisak-isak, Ropingi menyesalkan “kekejaman” calon mertuanya. “Wong saya menikahi Sarkini juga siap kapan saja, kenapa mesti dilaporkan ke polisi?” kata Ropingi saat diperiksa.

Hayo, berani nggak uji materi ke Mahkamah Konstitusi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar