Minggu, 01 November 2009

“Mengontrak” Istri Kontraktor

Memiliki istri cantik sering makan hati. Hal biasa-biasa saja bagi yang punya, bagi lelaki lain sangat menantang. Dan kotraktor Mukarim, 35, dari Sumenep (Madura) ini pun kecolongan. Dewi, 27, istrinya yang cantik, ternyata sudah lama “dikontrak” Murdakin, 34, di berbagai hotel. Tapor kelap (samber geledek).

Ekonomi Mukarim sebagai kontraktor jelas sangatlah mapan. Banyak proyek pemerintah di Sumenep yang ditanganinya, dari prasarana jalan hingga gedung. Jadi kalau dia bisa memanjakan Dewi istrinya yang cantik tersebut, sudahlah jamak. Minta apa saja, bini yang berkulit putih bersih dan betis mbunting padi itu, pastilah disediakan. Karenanya, sebagai wanita yang termanjakan, setiap pergi perhiasan di tubuh Dewi bak toko berjalan saja. Gelang keroncong bertengger di tangan kanan kiri, baju di rumah satu kamar hanya punya dia seorang.

Rupanya Mukarim beranggapan, hanya itulah kebutuhan seorang wanita. Asal semuanya tercukupi, terjamin soal mamah (makan) diajak mlumah (melayani di ranjang) kapan saja pastilah oke. Padahal Dewi sebagai manusia juga ingin diperlakukan secara manusiawi. Dia tak ingin hanya dijadikan obyek seks semata. Dia ingin perhatian, kasih sayang. Jangan hanya Mukarim pulang ketika butuh saja. Setelah gusrak gusrak gusrak …..selesai, kembali suami tenggelam dalam bisnisnya sampai kadang lupa pulang.

Adalah Murdakin, teman sesama kontraktor yang selama ini jadi pengamat kehidupan rumahtangga Dewi - Mukarim. Dia yang sebetulnya sudah lama ada rasa pada wanita itu, diam-diam mencoba memanfaatkan. Sebagai petualang cinta, dia memang sangat tahu apa yang dibutuhkan kaum hawa. Karenanya, bila dalam soal proyek dia selalu berebut tender dengan Mukarim, di belakang Murdakin memperebutkan hati dan simpati Dewi. Dan ternyata, tanpa harus nyogok dengan pimpro, akhirnya Murdakin bisa memperoleh hati dan jiwa bini Mukarim tersebut.

Ny. Mukarim memang mulai terpikat masuk perangkap pemborong Murdakin. Lelaki ini bisa menghargainya sebagai wanita yang butuh perhatian dan kasih sayang. Karenanya, ketika Murdakin belakangan minta “eksekusi” non Amrozi di sebuah hotel, diladeni saja. Keduanya pun kemudian berpacu dalam birahi. Biar hanya pemborong klas C, tapi nilai Murdakin kelas A dalam urusan ranjang. Karenanya, setiap ada peluang, keduanya pun selalu singgah dari hotel satu ke hotel lain. Pendek kata, bini Mukarim ini sepertinya sudah dikontrak pakai meski tanpa sepertujuan si pemilik.

Akan tetapi semua hal yang batil memang takkan langgeng. Lama-lama Mukarim mengendus juga permainan terkutuk itu. Dia hanya bisa terpana ketika tahu bininya belakangan dibuatkan rumah kontrakan di Desa Pandian Kecamatan Kota, Sumenep. Rumah tak selalu ditinggali, hanya dipakai ketika Murdakin perlu sporing balancing dan amplas platina. Maka dengan minta bantuan warga, saat Murdakin – Dewi ngamar, penggerebekan pun dilakukan. Dewi tak bisa berkutik ketika dipaksa warga dan suami ikut ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

1 komentar: