Minggu, 01 November 2009

PESELINGKUH BERDARAH DINGIN

Andaikan ada peselingkuh yang berdarah dingin, mungkin Giyoto, 45, adalah orangnya. Dia mahir benar memanfaatkan kebiasaan istri yang ngepluk (tidur nyenyak). Dan inilah malapetaka itu: di samping istrinya yang tidur bak Kumbokarno, Giyoto berani menyetubuhi anak tirinya, Midah, 19, hingga hamil!

Tidur adalah kebutuhan setiap makhluk bernyawa, kecuali ikan. Bahkan menurut penelitian para ahli, kehidupan manusia sepertiganya hanya digunakan untuk tidur. Itu artinya, bila usia seseorang 75 tahun, maka selama 25 tahun dia ngorok saja. Tapi jago tidur paling legendaris adalah Kumbokarno, dari dunia perwayangan. Ketika sudah tertidur nyenyak, susah untuk dibangunkan. Dilindas kereta pun dia takkan bergeming. Tapi setelah bangun, woo….makannya banyak sekali. Seribu nasi tumpeng habis oleh adik dari Prabu Dasamuka raja Alengka ini.

Istri Giyoto warga Desa Candirejo Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar, juga doyan banget tidur, meski belum separah Haryo Kumbokarno. Asal sudah kena bantal, langsung saja lerrrrr……lupa akan segalanya. Lalu mulailah Ny. Minuk, 40, membuat peta Ilmu Bumi di sarung bantal itu pakai ilernya. Meski dicolek-colek suami untuk “keperluan” barang sebentar, dia tetap saja tak bergeming. Terus saja mlungker (melingkar) dibuai mimpi.

Keruan saja, Giyoto sebagai suami sering kaco dibuatnya. Dia baru butuh, Minuk masih asyik dengan mimpi-mimpinya. Pernah dia protes akan hobi ngantukannya tersebut, tapi sang nyonya masih saja berkelit. Katanya, tidur itu kalau bulan puasa termasuk ibadah. Lha ini kan belum puasa? Tapi begitulah, Ny. Minuk selalu memanjakan hobi molornya. Saking ngebetnya Giyoto, pernah lho istri “melayani” suami sambil terkantuk-kantuk. Akibatnya tentu saja, Ny. Minuk nggak menak (enak) lagi.!

Adalah gadis Midah, meski sudah lulus SMA dia masih penakut benar pada soal hantu-hantuan. Ketika tetangga sebelah rumah meninggal, kontan dia tak berani tidur sendirian. Dia memilih bergabung bersama ibu bapaknya. Midah memilih tidur di tengah, di antara ibu dan ayahnya. Sama sekali tak merasa risih, bahwa Giyoto adalah hanya ayah sambungan alias bapak tiri. Padahal jika Midah sadar, di era gombalisasi sekarang ini, bapak tiri banyak yang hobi “makan” anak tiri.

Hil-hil mustahal yang tak pernah terpikirkan oleh Midah, akhirnya terpikirkan oleh Giyoto. Ini terjadi ketika melihat rok si anak tiri tersingkap dan memamerkan pahanya yang mulus nan ranum. Hantu tetangga yang sangat ditakuti Midah, kini telah menjelma dalam tubuh ayah tirinya sendiri. Giyoto yang tahu persis kebiasaan buruk istri, dengan santainya dia langsung menubruk Midah meski itu persis di samping Ny. Minuk yang sedang ngorok membentuk peta ilmu bumi.

Sergapan mendadak Giyoto sempat membuat Midah terkaget-kaget. Tapi karena si ayah tiri tahu benar tehnik menguasai kaum hawa, lama-lama si anak tiri bertekuk lutut dan berbuka paha juga. Di sinilah kerjasama nirlaba ini terus berlangsung, sementara Ny. Minuk terus saja dibuai mimpi. Malam itu Giyoto telah menerima predikat baru: peselingkuh berdarah dingin, yang berani cari “anget-angetan” meski di samping istri. “Tangimu suk tahun Dal ya Bu (kamu besuk bangun di tahun Dal ya bu),” kata Giyoto.

Akhirnya, Midah jadi “menu” utama sejak peristiwa itu. Digarap selalu di samping istri yang tidur nyenyak, lama-lama perut anak tiri pun menggelembung. Tentu saja para tetangga pada heran melihat perubahan perut Midah yang sangat mendasar. Belum bersuami tapi kok seperti orang hamil. Ny. Minuk lalu menginterogasinya. Jawab putri semata wayangnya membuat istri Giyoto ini tercekat. Masak, anak tiri dihamili? Malu akan kelakuan suami, Ny. Minuk langsung melapor ke Polsek Ponggok.

Ya begitulah, banyak tidur istri jadi tak sempat ditiduri.

1 komentar: